Ita Windasari

istriku. azan magrib mengulum matamu. alismu rebah terbangun. rambutmu yang magrib lelap di leherku. kuhikmati ranumnya seperti menyuntuki batubatu tasbih. merah di luar kamar bercengkerama di keningmu. matamu terbuka seumpama fajar terluka. bilal mengundang ke perjamuan magrib. menyantap sumsum alfatiha dan anggur arrahman.

Minggu, 20 Juni 2010

Mawar Kuning Untuk Ibu



Ibu, aku menjadi Liu
Mencari mawar kuning ke rimba Konawe
Bukan untuk Raja Buton yang sakit
Tapi untukmu sebelum menuju langit

Di Kendari, matahari tiba-tiba bersuara, seakan pamit
Mengabarkan jantungmu menyampaikan kisah-kisah rambutmu
Ke alamat rantauku

Maka kupetik sekuntum kobaran matahari
Dan kujelajahi padanglembah Anaway
Kupetiklah mawar kuning, sang penawar negeri Konawe
Lalu kubawakan untukmu Ibu
Yang terbujur di Polewali

Sekuntum kobaran matahari Ibu
Membakar air mataku mendidihkan dosaku
Seuntai mawar kuning Ibu
Mengharumkan  mataku meremajakan rinduku
Kubawa untukmu yang tak lama lagi hijrah ke langit

Aku tiba di Polewali, langit sepenuhnya diteduhi matahari
Bumi adalah keharuman mawar kuning

Engkau terbujur di ruangan putih
Ditangisi doa murni anak-anakmu yang sedih
Suara-suara ayat suci membasahi nyawamu memandikan tubuhmu
Cucu-cucu tawariangmu menyenggukkan doa-doa belia

Dan mawar kuning Ibu, kusematkan di rambutmu yang panjang
Engkau melihatku Ibu?
Kutaburkan serbuk-serbuk matahari
Menjelma doa-doa surgawi di kebeningan nyawamu

Air mata kami tak henti mengalirkan doa dan pengabdian kami bergetar Ibu
Melihat engkau melenggang ke Teluk Mawar

Ibu, langit menguning
Bumi amin

Polewali—Kendari, April—Juni 2010

Tidak ada komentar: