1
Sepi yang riuh mengerumuni dinding-dinding kerajaan Riau
Memadat lalu merapuh jadi reruntuhan Gurindam
2
Bakau yang hijau menghidupi Raja yang tak baqa
Mendoakan pantun dan penyair semoga dianugerahi kataabadi
3
Di balik jendela abu aku melihat Ida memetik gurindam air mata
Air matanya menjelma tumpuk kemurungan batu-batu
4
Dengan jemari gemetar dan jantung yang gentar
Raudal mengabadikannya dengan sabetan cahaya fana
5
Oh Raja Ali Haji, bulu-bulu tubuhku mengeras jadi anak panah
Memberondong matapantun matajantung mataampunku
6
Sepi yang riuh membopongku ke Pulau Penyengat
Disalami angin laut angin maut, disongsong aduhan rebana, kembaraku tersengat
7
Oh di Makam Raja Ali Haji, aku menyaksikan Henry didoakan air matanya
Binhad menggeleparkan sajak-sajaknya dan Koto membasuh matapenanya
8
Di hadapan makam Raja Ali Haji, Jamal memimpin para penyair
merambati batu nisan dengan doa-doa seribu gurindam.
9
Gurindam dua belas, mataair tertuang dalam seribu gelas
Gurindam dua belas, Hasan dan Irianto mereguk satudua tenggak
10
Gurindam dua belas, Thendra dan Dea kau rebut berapa pasal
Gurindam dua belas, Bode dan Yopi pasal apa yang kau teguk
11
Gurindam dua belas, Adin dan Hudan adakah kau tangisi beberapa amsal
Gurindam dua belas, Iman dan Langgeng dengan dua belas pasal, ia patut jadi misal
12
Gurindam dua belas, Faisal dan Sukma adakah terebus engkau punya sukma
Gurindam dua belas, Mahwi dan Gani jika engkau tetap kesasar
Pulang dengan tangan tak membawa satu pun pasal
Engkau dikutuk jadi mayat batu jadi laut batu.
Tanjungpinang—Kendari, 31 Oktober—02 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar