Ita Windasari

istriku. azan magrib mengulum matamu. alismu rebah terbangun. rambutmu yang magrib lelap di leherku. kuhikmati ranumnya seperti menyuntuki batubatu tasbih. merah di luar kamar bercengkerama di keningmu. matamu terbuka seumpama fajar terluka. bilal mengundang ke perjamuan magrib. menyantap sumsum alfatiha dan anggur arrahman.

Rabu, 20 Oktober 2010

LIMA SAJAKKU DI PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, MINGGU, 17 OKTOBER 2010

Pare-pare

pagi letuskan bau buruh
menyembur ke udara subuh
ton demi ton badan dan barang
menumpuk dan mengerang
menghardik dan mengganyang leher dermaga
penumpang dan pencoleng
beradu rayu
sebelum lengking sirine
memanggil

pagi itu
dermaga dan laut jadi bongkahan rindu
air mata dan sepi pun jadi bangkai perjalanan


Pare-pare, 14 Maret 2009



Dua Ribu Tangga Ombak

dua ribu tangga ombak memecah kegulitaan sunyi
merapikan pakaian kemurungan pesisir
enam pasang cahaya merinding di laut
mengirim musim barat ke bukit-bukit gorontalo

sunyi yang legam
menggelepar dibantai dua ribu gelombang
gulungan malam mengobarkan kepedihan
sebelum menjadi buih

memuih jadi maut putih
menjelma dua ribu gelombang kesunyian
teluk tomini

Gorontalo, 18 Juni 2010



Langit Lalu Rebah ke dalam Matadahaganya


sebongkah batubara menggelincir ke dalam rongga dahagadadanya
lalu tersungkur ke dalam dagingjantungnya

ia mengerang, oh langitkembara alangkah maharindu pesonamu
oh lautkembar betapa mahabuih gelegarmu
membongkardobrak pintufana darahku
oh bumikandung tak jua rampung dengan seribusembilu kidung

langit lalu rebah ke dalam matadahaganya
laut lalu menggelegak ke dalam rahimpuasanya

dan batubara itu pecahrekah jadi abu jadi api puisinya

Kendari, 5 Juli 2010



Di Padang Konda
:Wan

di padang-padang konda langit dikerumuni senja
bukit-bukit merenung dirayapi angin tundra
tujuh anoa membahana memburu cahaya magrib
anaway menuruni lembah nasib dan matahari pun raib

Konda, maret 2010



Wangi-wangi

di pulau-pulau terjauh
gemintang bergetaran
perahu-perahu menjauh
lampu-lampu bertangisan
karang-karang berlagu
angin timur berserakan

ombak membuih
gugur jua di pangkuan karang
pasir memutih
pudar dalam aduhan malam
batu-batu mendesis
dirayapi angin terang
pantai menangis
ditinggalkan jangkar nelayan

pangkal teluk merah dan memar
dirongrong persenggamaan alam
gadis-gadis berdaging samar
lambaikan senyum tangiskan salam

kutinggalkan dermaga Wangi-wangi
angin gemetar merangkum nafasmu wangi
tahun depan, angin timur mengarak kenangan
aku datang mengepang rambutmu jadi delapan

Wangi-wangi, April 2008

KLIK: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=160311%EF%BB%BF

Tidak ada komentar: