Ita Windasari

istriku. azan magrib mengulum matamu. alismu rebah terbangun. rambutmu yang magrib lelap di leherku. kuhikmati ranumnya seperti menyuntuki batubatu tasbih. merah di luar kamar bercengkerama di keningmu. matamu terbuka seumpama fajar terluka. bilal mengundang ke perjamuan magrib. menyantap sumsum alfatiha dan anggur arrahman.

Sabtu, 21 Agustus 2010

Kembali Terkenang Para Kekasih (2)

Rindu tergaru musim baharu luka yatimpiatu
Kenangan tersaruk-saruk di hutan-hutan Anduonohu
Bukit marun angin harum
kota kabur nasib kardus
Menggiurkan kata-kata mengharukan segenap mata

Di pantai Abeli, sayup-sayup pedih dari sepasang kedasih
Di lembah janji, letupan api membakar segenap sumpah

Kembali terkenang para kekasih
Oh bunda yang jauh oh winda yang berlabuh
Oh negeri tempurung oh nasib tengkorak oh lambung terkurung
Waktu adalah surga
Janji semata lidah api
Jarak ialah sajak

Di bawah telapak sunyi marcapada oh baradurjana tungkunusantara
Aku digonggong musim kerinduan dirongrong muslihat lidahjanji
Yang berkepanjangan

Kendari,24 Juli 2010

Tidak ada komentar: